Krisis Kepercayaan, PilGub Jabar Kali Ini Terancam Golput 30%
Friday, February 22, 2013
Maraknya kasus korupsi yang mendera berbagai partai politik cenderung membuat nilai kepercayaan masyarakat terhadap suatu partai atau orang yang dipercaya partai atau kader menjadi merosot tajam. Apalagi korupsi tersebut dilakukan secara terang-terangan, dan sudah jelas menjadi koruptor malah menunjukan esistensi kebanggaan.
Faktor lain yang menjadi minimnya nilai kepercayaan publik terhadap calon pemimpin adalah janji-janji yang tidak pernah ditepati atau palsu. Teknologi yang menjadi media informasi melalui internet pun turut mengawasi seperti apa janji kampanye partai politik alias kadernya yang mencalonkan jadi gubernur dan wakil jawa barat kali ini.
Pemberian porsi anggaran negara terhadap pengelolaan pemerintahan terhadap pembangunan kepada partai politik, menjadikan ajang kampanye bagi partai yang bersaing. Pasalnya saat ini apapun atau siapapun kader yang terpilih, dia tetap bernaung di bawah partai. Alhasil kebijakan terbesar dalam pengelolaan anggaran keuangan pemerintahan sebagian dipegang parati.
Contoh klasik terhadap janji kader atas nama pribadi atau partai seperti ini, "kalau saya terpilih nanti pembangunan jembatan purbo yang terlatak antara desa sidaharja dan desa kertajaya kecamatan Lakbok Banjar, akan dibangun hingga selesai". ungkapnya.
Secara gamblangnya bahwa ketika orang tersebut menjadi caleg terpilih maka akan diselesaikan pembangunan jembatannya. Namun kalau tidak terpilih ya seperti kita ketahui, itu sudah menjadi urusan pemerintah yang sedang menggarapnya.
Hal ini jelas sekali bahwa pengelolaan keuangan negara dengan pemberian porsi terhadap partai jelas sangat merugikan, dalih membantu pembangunan eh malah jadikan ajang birokrasi lempar sana lempar sini. Kalau tidak dapat jatah anggaran pencairannya dibatalkan, duh benar-benar partai bangsat.
Gambaran singkat mengenai jembatan purbo, jembatan tersebut pembangunan awal pada november 2011 lalu, dengan anggaran 735juta rupiah. Namun hanya dapat menyelesaikan satu buah pondasi saja, untuk pembangunan selanjutnya merupakan tanda tanya besar. Hal tersebut juga menjadi ajang kampanye tertutup dari seorang bernama Hartini berdasarkan informasi dari lurah desa Sidaharja bapak Sumarjo/Turijo.