Padi Kering Anjlok Sebabkan Kerugian Bagi Petani
Saturday, May 4, 2013
Musim panen kali ini nampaknya sangat menguji kesabaran para petani. Panen yang mengalami penyusutan dengan rata-rata 100 ubin dalam keadaan normal bisa mencapai 1 ton, kini hanya 5-6 kuintal saja. Itu pun hasil masih terbilang gabah basah dan belum dijemur.
Apabila sudah dijemur dan kering biasanya bobot padi tersebut berkurang beratnya rata-rata 100kg. Banyaknya faktor hama yang menyerang tanaman padi berupa walang sangit dengan intensitas cukup banyak mengurangi hasil panen.
Banyak sekali saya menemui tanaman padi yang belum dipanen padahal sudah sangat kering daunnya hingga hampir roboh lantaran para buruh lebih memilih memanen padi yang kualitasnya bagus. Perhitungannya adalah dengan lahan yang sama serta waktu yang sama, hasil dari bawon atau padi basah setelah dirontok atau digepyok hasilnya jauh berbeda.
Guna mengatasi permasalahan ini, para pemilik padi terpaksa memilih jalan tempuh dengan cara pembagian bawon 1:1 yakni misalkan 1 kg buat pemilik lahan, 1 kg untuk buruh petani. Sedangkan pada keadaan normal adalah 7:1 yaitu saat petani mendapatkan padi 70kg, kemudian dibagi 7 dan hasilnya 10kg adalah bagian dari petani itu sendiri.
PANEN MENURUN BAHAN BAKAR NAIK
Ujian yang berat kembali harus dirasakan petani lantaran harga padi kering yang cuma Rp 4.000 /kg, sedangkan pupuk urea yang mereka gunakan harganya selangit yakni Rp 170.000 /kuintal. Apalagi saat musim tanam kemarin, banyak petani yang mengalami sawah kebanjiran sehingga harus tanam hingga tiga kali bahkan empat kali.
Pemerintah kini akan menambah beban biaya produksi pertanian padi karena ongkos pengolahan sawah yang menggunakan traktor dengan harga normal Rp 100.000 / 100 bata menjadi Rp 130.000 / 100 bata. Kenaikkan biaya pengolahan menggunakan traktor ini terpaksa dinaikkan para pemilik traktor lantaran solar sulit didapat, dan di beberapa lokasi harganya sudah melambung tinggi mencapai Rp 7.000,- /liter.
Para petani merasakan kerugian ini lantaran penjualan nilai padi yang Rp 4.000,-/kg tak sebanding dengan harga sayuran seperti bawang putih, bawang merah dan cabe keriting yang mencapai Rp 40.000/ kg. Bila faktor harga ini kembali dipengaruhi kenaikkan BBM, sudah dipastikan sembako tersebut akan terus melonjak dengan alasan biaya transportasi. Lalu bagaimana dengan nasib para petani gabah kering (padi) ini?
Apabila sudah dijemur dan kering biasanya bobot padi tersebut berkurang beratnya rata-rata 100kg. Banyaknya faktor hama yang menyerang tanaman padi berupa walang sangit dengan intensitas cukup banyak mengurangi hasil panen.
Banyak sekali saya menemui tanaman padi yang belum dipanen padahal sudah sangat kering daunnya hingga hampir roboh lantaran para buruh lebih memilih memanen padi yang kualitasnya bagus. Perhitungannya adalah dengan lahan yang sama serta waktu yang sama, hasil dari bawon atau padi basah setelah dirontok atau digepyok hasilnya jauh berbeda.
Guna mengatasi permasalahan ini, para pemilik padi terpaksa memilih jalan tempuh dengan cara pembagian bawon 1:1 yakni misalkan 1 kg buat pemilik lahan, 1 kg untuk buruh petani. Sedangkan pada keadaan normal adalah 7:1 yaitu saat petani mendapatkan padi 70kg, kemudian dibagi 7 dan hasilnya 10kg adalah bagian dari petani itu sendiri.
PANEN MENURUN BAHAN BAKAR NAIK
Ujian yang berat kembali harus dirasakan petani lantaran harga padi kering yang cuma Rp 4.000 /kg, sedangkan pupuk urea yang mereka gunakan harganya selangit yakni Rp 170.000 /kuintal. Apalagi saat musim tanam kemarin, banyak petani yang mengalami sawah kebanjiran sehingga harus tanam hingga tiga kali bahkan empat kali.
Pemerintah kini akan menambah beban biaya produksi pertanian padi karena ongkos pengolahan sawah yang menggunakan traktor dengan harga normal Rp 100.000 / 100 bata menjadi Rp 130.000 / 100 bata. Kenaikkan biaya pengolahan menggunakan traktor ini terpaksa dinaikkan para pemilik traktor lantaran solar sulit didapat, dan di beberapa lokasi harganya sudah melambung tinggi mencapai Rp 7.000,- /liter.
Para petani merasakan kerugian ini lantaran penjualan nilai padi yang Rp 4.000,-/kg tak sebanding dengan harga sayuran seperti bawang putih, bawang merah dan cabe keriting yang mencapai Rp 40.000/ kg. Bila faktor harga ini kembali dipengaruhi kenaikkan BBM, sudah dipastikan sembako tersebut akan terus melonjak dengan alasan biaya transportasi. Lalu bagaimana dengan nasib para petani gabah kering (padi) ini?