-->

ads

Jakarta Pusat Diplomasi Asean dan Dunia

Wednesday, September 4, 2013
Monas Salah Satu Icon Jakarta

Terpilihnya Jakarta sebagai Ibukota ASEAN bukan sesuatu yang mustahil apalagi dipandang sebelah mata. Indonesia dengan pengaruh budaya ketimuran telah diakui di berbagai belahan dunia yang memiliki etika unggah-ungguh, tidak rakus dan tentu saja bisa menjadi penengah yang baik antar elemen apabila terjadi konflik.

Menelisik tema kali ini terkait dengan #10daysforASEAN yakni "Jakarta, Diplomatic City of ASEAN", tentu merupakan kabar yang menggembirakan. Kepercayaan masyarakat dunia khususnya ASEAN, menempatkan Jakarta sebagai kota penghubung antar negara-negara di dunia dan kawasan ASEAN. Atas dasar kepercayaan itu, didirikanlah sebuah markas ASEAN Secretary di jalan Sisingamangaraja 70 A Jakarta Selatan.

Pendirian markas ASEAN Secretary di Jakarta ini juga merupakan bentuk penghargaan, apresiasi, dedikasi dan tentu saja akan membawa dampak positif bagi Indonesia. Dampak positifnya tentu saja semakin meningkatnya kepercayaan plus tanggung jawab Indonesia sebagai negara yang memiliki peran penting dalam pembentukan ASEAN. Selain itu, juga dapat berpengaruh pada meningkatnya kunjungan wisatawan ke Indonesia khususnya Jakarta. Secara tidak langsung kunjungan ataupun pertemuan duta-duta besar, diplomat dan berbagai utusan dari berbagai bidang dari negara tetangga, merupakan salah satu sarana promosi, tentu harus dengan persiapan baik dari kebersihan lokasi Jakarta, sarana prasarana dan lain sebagainya agar memberikan kesan yang baik.

Dampak negatif yang bisa timbul dari kebebasan akan Jakarta sebagai pusat diplomasi tentu semakin maraknya kebudayaan asing. Budaya barat yang sudah jelas bisa merusak sendi-sendi budaya timur harus diwaspadai. Budaya tersebut bukan berupa nyanyian, tari-tarian akan tetapi lebih condong ke arah gaya hidup seperti seks bebas, tindak kekerasan menggunakan senjata api, geng motor, pembajakan dan semua hal itu tidak bisa kita hindari melainkan hanya perlu membentengi diri akan bahaya budaya barat tersebut. 

Budaya lain yang juga memicu keprihatinan sejumlah pihak yakni gejolak kawula muda yang cenderung meniru kebudayaan salah satunya berupa tarian seperti boyband atau girl band macam Super Junior, Cherry Bele. Maksud dari keprihatinan ini adalah bahwa generasi muda Indonesia, lebih cenderung meniru, mempelajari bahkan menjadikan budaya-budaya baru tersebut sebagai kesenangan mereka ketimbang memahami budaya lokal yang secara nyata dikagumi warga barat.

Terlepas dari dampak positif dan negatif dari Jakarta sebagai markas ASEAN Secretary, tentu banyak hal yang harus dipersiapkan guna mendukung kenyamanan, keamanan dan kemudahan baik dalam aspek komunikasi, transportasi, informasi dan lain sebagainya. Pembenahan tersebut meliputi pembangunan prasarana transportasi yang ramah lingkungan dan meminimalisir dampak kemacetan, ruang terbuka hijau yang lebih luas, membiasakan gaya hidup sehat dengan membuang sampah di tempatnya, pengolahan sampah Jakarta agar lebih manfaat dan ramah lingkungan. Berbagai pekerjaan rumah di kota Jakarta ini memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena selain pembangunan sarana prasarana juga perlu membangun kesadaran berbudaya ketimuran.

Atas dasar pandangan dampak positif dan negatif serta berbagai hal yang harus dipersiapkan tersebut. Niscaya Jakarta dengan keanekaragaman budaya lokal sebagai pemikat dan sikap Indonesia baik dalam perannya yang tinggi di ASEAN dan dunia, mampu menjadi leader dunia khususnya negara-negara di kawasan ASEAN. Sebelum terbentuknya Badan Pembangunan ASEAN dengan deadline 31 Desember 2015, Jakarta dengan pelan tapi pasti bisa menjadikan kota yang nyaman, aman dan bersih sebagai "Jakarta, Diplomatic City of ASEAN". Sehingga Jakarta bisa menjadi pusat diplomasi ASEAN dan dunia.




Sedia blangkon baik model Solo maupun Jogja. Order 085871265667. Pin BB 2711C838


0 comments:

Post a Comment test