-->

ads

Showing posts with label HutanIndonesia. Show all posts
Showing posts with label HutanIndonesia. Show all posts
Pantai Goa Cemara


Berkunjung ke Kabupaten Bantul yang terletak di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini, terasa kurang lengkap rasanya apabila tidak mengunjungi pantai-pantai yang ada di sana. Salah satu yang paling terkenal yakni Pantai Parangtritis dan terletak di Kecamatan Kretek.

Parangtritis yang letaknya di Kecamatan Kretek ini bisa kita tuju dengan menggunakan bus dari terminal Giwangan, lurus ke arah selatan dan tertuju langsung ke arah Paris ini. Namun selain dari Paris juga ada pantai lain yang tak kalah menariknya, salah satunya bernama Pantai Cemara atau goa Cemara.

Mas Bom Doank berfose diantara pohon Cemara yang laksana goa

Kondisi dari pantai atau goa cemara ini memang cukup menarik untuk dijadikan tujuan wisata, akan tetapi terdapat dua hal yang menurut saya perlu dibenahi. Salah satunya adalah terdapat banyaknya sampah yang bertebaran serta kondisi pantai yang curam akibat abrasi air laut sehingga perlu pembenahan dalam bentuk tindakan nyata penanaman hutan bakau (mangrove).

Pantai Goa Cemara bertebaran sampah

Curamnya Pantai Goa Cemara akibat minimnya hutan bakau dan abrasi air laut
Permasalahan tersebut tentunya harus segera ditindak lanjuti dengan respon cepat agar kondisi di pantai ini bisa kembali menarik minat pengunjung dengan lebih banyak lagi. Tentunya meningkatkan kesadaran akan kebersihan lingkungan dengan membuang sampah di tempatnya, serta tanam hutan bakau guna mencegah abrasi agar pantai bisa diselamatkan.
 

Goa Cemara Nampak Indah Berjajar Pepohonan dan Tampak Mercusuar


Bila sobat ingin berkunjung ke Pantai Goa Cemara ini, bisa menghubungi saya untuk mengantarkan secara langsung ke lokasi tujuan. Tentu bila membawa satu atau dua bibit pohon bakau sangat kami hargai sebagai tanda cinta lingkungan dan kepedulian terhadap terciptanya dunia yang sejuk nan rindang.

May 26, 2013
Sungguh ironi apabila kita mengetahui bahwa ternyata hutan yang kita miliki ini jumlahnya berkurang dalam menitnya. Tak kurang dari tiga sampai lima menit, hutan di Indonesia berkurang akibat ilegal logging maupun penebangan untuk lahan kelapa sawit atau tanah rakyat. Dengan semakin berkurangnya hutan yang mencapai jumlah tersebut, bisa dipastikan lambat laun hutan akan punah dan mungkin hanya hutan lindung saja yang masih ada dan jumlahnya jauh dari kadar cukup.

Sementara data dari Kementerian Kehutanan disebutkan bahwa hutan yang masih dalam kondisi bagus hanya tinggal 64 juta hektar saja, kondisi ini tentu sangat mengkhawatirkan dan apabila terus dibiarkan hutan Indonesia akan hilang. Faktor-faktor yang akan timbul dari hilangnya hutan tentu saja cuaca ekstrim dari suhu matahari akibat lapisan ozon yang semakin menipis dan sinar ultraviolet semakin lebar menembus bumi. Bencana alam baik itu badai angin topan, puting beliung, pasang laut dan sebagainya akan terus menerus menerjang bumi.

Saat itulah nyawa manusia akan dipertaruhkan karena hilangnya keseimbangan alam, sementara kita hidup bergantung alam. Kendati demikian manusia tidak sadar bahwa sepenuhnya kita menghirup oksigen pun dari hutan yakni pepohonan di sekitar kita. Oksigen tercipta bukan dari bunga mawar, hiasan pot tetapi lebih didominasi oleh pepohonan yang terdapat pada hutan belantara pada umumnya. Saat ini pun kita sudah menyadari bahwa kondisi cuaca berupa panas matahari sudah cukup melampaui batas, dan musim penghujan pun sudah tidak bisa diprediksi lagi oleh para ilmuwan maupun petani.

Kerusakan hutan ini pun berdampak pada punahnya satwa liar yang ada di dalam hutan itu sendiri. Artinya semakin kita menghilangkan hutan, maka semakin dekat pula kita pada bencana yang akhirnya menjadikan kita korban dari alam. Saatnya kesadaran akan pentingnya hutan untuk kembali dilestarikan demi mencegah bencana yang dahsyat ini perlu ditingkatkan. Belum ada kata terlambat untuk menjaga hutan, bukan hanya demi kepentingan kita saja sebagai manusia, tetapi makhluk lain berupa hewan dan satwa langka yang bernaung di bawah pepohonan hutan sana.
March 30, 2013