Perjalanan panjang dari Ciamis ke Jogja dalam waktu kurang lebih 8 jam dengan kecepatan santai yakni 50 km/jam melelahkan sangat bagi saya. Walau pun demikian saya bersyukur bisa sampai di lokasi dengan selamat dan menunggu waktu untuk persiapan musyawarah antara relawan dengan pengurus PMI.
Berangkat tepat jam 19.45 wib per tanggal 24 Mei 2013, saya berpamitan dengan mengantongi berbagai peralatan mulai dari netbook, blekberi sebagai alat rekam gambar dan beberapa pakaian pengganti selama dua hari di jogja.
Usai berkemas langsung saja aku nyalakan sepeda motor vega ZR dengan nopol R 3703 WD berwarna merah. Saya sediakan pula helm guna pembonceng bila di perjalanan bertemu seseorang yang ingin ndompleng, eh sejatinya sih ada teman pak Itong dari Kebumen yang ingin bareng.
Berangkat sudah dan meninggalkan rumah untuk 2-3 hari melewati kuburan yang terkenal banyak penghuni kubur alias orang yang dikubur di dalamnya. Sesampainya di pasar jamban, saya mampir ke toko untuk membeli sebotol mizone dan proman.
Akhirnya sepeda motor pun kupacu kembali dengan perlahan dan santai lantaran saya merasa cukup kedinginan karena tak mengenakan sarung tangan. Sembari mengawasi berbagai sudut jalan yang berlobang antara perempatan sidareja hingga kantor pos sidareja, akhirnya sampai di pom bensin tentunya melewati palang pintu perlintasan kereta api dan menunggu kereta tersebut lewat.
Mengisi bensin sebanyak 15 ripu rupiah cukup untuk memenuhi isi tank bahan bakar sepeda motorku ini, dengan mengenakan masker kembali melaju lewati Gandrungmangu, Kawunganten dan berhenti sejenak di Jeruklegi guna minum air sejenak.
Lanjut deh petualangannya dengan lewati daerah kreweng - lebeng yang terkenal masih banyak kerusakan lantaran tanah di tempat tersebut labil.Akhirnya Kesugihan pun menyapa dengan keramaian lingkungan pondok dan maos sudah nampak sepi.
Ternyata di maos ini aku menghirup sebuah aroma yang tak asing dan sangat aku suka, yakni mendoan anget. Sudah menjadi langganan setiap berada di Banjarnegara kalau setiap minggu malam nongkrong di perempatan semampir makan mendoan dan secangkir kopi.
Bernostalgia dengan keadaan tersebut tanpa lelah akhirnya aku sudah sampai di daerah Sruweng Kebumen. Berhenti di sebuah warung kopi pinggir jalan yang lebih tepatnya angkringan namun nasi kucingnya sudah habis dan cuma tersedia mie telor rebus.
Akhirnya aku hanya memesan segelas kopi rasa mocca yang juga merupakan kesukaan bagi diriku, dengan kondisi yang masih panas ku sruput saja menggunakan sendok. Kopi habis aku pun langsung bayar 2ribu, tancap kembali deh walau di perjalanan banyak berhentinya karena ngantuk.
Lelah tentu sudah menjadi teman sejati selama perjalanan, hingga kini saya sudah berada di PMI Bantul sejak jam 4 subuh tadi. Tidur selama satu jam nampaknya sudah membuat tubuh saya bertambah sedikit tenaga untuk memulai rembug relawan.