Menanti Hujan Turun
Saturday, May 18, 2013
Kala senja itu saat diriku terpaku merana dalam kesendirian, datanglah seekor capung yang membawa keindahan melalui sayap-sayapnya. Terbang kesana-kemari seolah mengajak bola mata ini untuk terus menari-nari mengikuti gerak iramanya di udara.
Tanpa terasa terdengarlah suara gemuruh dari atas langit dengan hitam pekatnya pertanda akan turun hujan. Namun sang capung masih saja beterbangan sembari mengajak gerombolan capung yang lainnya untuk terus mencari makanan diantara bunga-bunga yang sedang mekar.
Rupanya awan hitam yang sedari tadi bernyanyi-nyanyi melalui gemuruh petir, tak kuasa menahan beratnya air di atas awan. Perlahan namun pasti percikan air hujan jatuh membasahi bumi, kering tanah ini terbasahi sudah oleh sekumpulan tetes air dari langit sebagai berkah Sang Pencipta.
Bumi pun bersyukur karena telah menelan air kesegaran pembawa kemakmuran bagi dirinya dan tanaman yang terkandung di dalamnya. Pepohonan pun bergerak ke sana kemari mengikuti arah angin yang melaju cukup kencang, pun seolah menandakan terjadinya peralihan musim menuju kemarau.
Entah berapa lama lagi kita masih bisa merasakan nikmatnya air hujan sebagai pembawa berkah, hingga masa kemarau menyapa kita dengan segala keterbatasan yang ada. Mari perbanyak syukur kepada Illahi atas segala nikmat dan karunianya.