Mengamati Situasi Terminal Purwokerto dan Waspada Calo
Wednesday, May 22, 2013
Amati Situasi Terminal Purwokerto
Bila mengingat tulisan saya terakhir ending tentang perjalanan menuju Purwokerto, pasti banyak yang mengira kalau endingnya suatu kegalauan. Tentu saja karena saya bertemu seorang gadis manis sesama pelajar SMA waktu itu, tapi sayangnya kami berbeda bis dan sama-sama melaju tanpa bisa bertemu secara face to face guna bersalaman.
Sudahlah kita lupakan saja toh itu kenangan lama yang jujur sih masih berharap buat menemukan sosok gadis tersebut walau entah dimana kini. Sembari mencari ide lain tanpa harus flashback saya tengok kanan tengok kiri (macam mau menyeberang jalan saja), ku tampak mendapati begitu banyak toko-toko yang ada di pinggiran jalan sepanjang Ajibarang - Cilongok hingga Karang Lewas.
Perlahan bus pun mulai memasuki daerah perempatan Tanjung hingga akhirnya melewati terminal lama Purwokerto yang entah dimanfaatkan sebagai bangunan apa dan aku pun belum tahu itu. Perjalanan yang memakan waktu dua jam lebih ini pun sampai juga di perempatan pasar wage dan di situ sudah mulai tampak penumpang turun ke pinggir jalan.
Selang 2 menit kemudian bus armada ASLI yang menghubungkan Sidareja dengan Purwokerto ini pun memasuki gerbang utama terminal baru Purwokerto yang beroperasi 24 jam setiap harinya. Semua penumpang pun turun dan masing-masing orang langsung meluncur ke bus tujuan selanjutnya yang tersedia di berbagai sudut terminal.
Sudah barang tentu para calo terminal menawarkan berbagai trayek tujuan kepada para penumpang yang baru turun dari bus. Calo ini mendesak para calon penumpang agar mau mengakui bahwa dirinya akan ke mana, namun saya berbohong bahwa akan duduk saja di sini. Padahal sedang amati sih situasi terminal yang sudah lama tak saya kunjungi, karena seringkali saya pergi ke Banjarnegara mengendarai sepeda motor tanpa melewati Purwokerto ini.
Para tukang karcis ini eh para calo maksudnya (karena bawa struk tiket layaknya tukang karcis) apabila sudah mendapatkan orang yang ingin naik bus, si calo ini mengikutinya dan mengarahkannya langsung ke bus yang dimaksud. Tidak berhenti di sini saja, calo-calo ini juga langsung menyodori penumpang dengan secarik kertas yang sudah ditulis biaya ongkosnya.
Tentu saja bagi yang belum berpengalaman dan baru pertama kali bepergian di terminal Purwokerto ini, dia akan langsung menerima secarik kertas tersebut dan diminta langsung membayar biaya perjalanan tentu saja dengan harga yang lebih mahal. Ibarat kenaikan harga saat menjelang lebaran, ongkos yang diberikan oleh sang calo menjadi 50% lebih mahal ketimbang harga normal.
Jadi berhati-hati ya apabila sobat semua ingin bepergian tapi harus transit di terminal Purwokerto ini, walau dari segi keamanan sudah kondusif (berdasarkan informasi yang didapatkan dari seorang supir). Namun yang namanya calo ya tetap ada, karena mau dari mana lagi mereka dapatkan rejekinya.
Sekedar mengingatkan kembali bahwa modus calo dengan menanyai perjalanan kita, diarahkan dan diantar langsung sampai tempat duduk di dalam bus, disodorkan tiket dan langsung harus bayar, udah sih gitu aja. kalau ciri-cirinya si calo ini dalam teriak-teriak cari penumpang sambil membawa kertas tiket yang dipegang slalu ditangannya. Semoga bermanfaat ya kawan.
Aku baru beberapa kali ke Terminal Purwokerto yang baru. Pas masih yang lama aku sering.
ReplyDeleteSalam kenal
Astin
maksudnya mba astin sering ke terminalnya atau sering kena calo nya? hihi... wah membengkak donk biaya perjalanan. itung-itung berbagi ya mba. :-) salam kenal juga mba astin. Asli mana kah njenengan?
Deletenah itu dia. saya juga sering ngerasain kaya gitu di terminal baru purwokerto kalo mudik hehe
ReplyDeleteHehe ya waspada mas, kalau ditarik-tarik sama tu calo ya mending duduk aja dulu di kursi ruang tunggu sambil amati. kalau sudah tenang baru deh naik bus tujuan slanjutnya. :-) kalau sudah prnah kena calo anggap aja berbagi hihi
Delete