Saat Bertemu Relawan PMI Ciamis
Wednesday, August 14, 2013
Bagiku menggunakan subjek kata "Relawan" lebih luas maknanya daripada mengelompokkan ke dalam suku tertentu seperti KSR, TSR dan sebagainya. Pengelompokkan tersebut cenderung lebih mengkotakkan makna general dari relawan. Jujur saja dengan menggunakan kata relawan, lebih ada ekspresi khusus yakni bisa sebagai individu yang memiliki jiwa sosial tanpa menyebutkan apakah dirinya dari grup KSR, TSR, PMR maupun DDS di lingkungan PMI.
Hal ini lebih santai saat ditanya "anda KSR mana?". Lantas kita pun seringnya menjawab "Oh saya KSR Unit Satpol PP" (ingat waktu upacara penutupan #TKNV2013 di Selorejo Malang). Saat itu memang petugas upacara penutupan Temu Karya Nasional V PMI 2013 untuk petugas pengibar bendera diambil dari Satpol PP. Memang nyleneh itu panitia Jawa Timur, khususnya arek Relawan PMI Malang sendiri juga mengubah berbagai peraturan dan konsep awal pelaksanaan Jumbara. Hadeuh piye iki dab, mosok aku kudu ngomong dancok ro arek PMI Malang. Tapi ya sudah, ini menjadi bagian dari evaluasi. Alangkah baiknya lho bila petugas Paskibra diambilkan dari perwakilan masing-masing kontingen. Sekian ribu personel pasti ada yang bisa dilatih Paskib.
Kembali ke Laptop. Menggunakan kata "Relawan" itu lebih luas maknanya sehingga kita bisa luwes. Yup intinya saya sendiri lebih nyaman menggunakan kata itu ketimbang harus menyebutkan KSR, TSR, PMR maupun DDS dari kelompok mana. Kalau yang lain nggih monggo mau menyebutkan dirinya dari kelompok mana. Terus ada lagi, saat menjadi relawan yang mandiri adalah suatu anugrah lebih yang diberikan kepada kita. Kelebihan tersebut salah satunya berbentuk materi, dengan kelebihan rejeki ini kita bisa menyokong PMI maupun aktivitasnya. Artinya Awake dewek iso ngopeni PMI dan bukan Awake dewek diopeni PMI.
Tulisan saya kali ini nampaknya agak melenceng jauh ya dari judul yang dibuat. Intinya ketika 3 hari yang lalu duduk di rumah paklik Sarwan. Datanglah seorang tamu berambut hitam ditambahin puluhan uban, dengan ciri khasnya tersendiri ke rumah pamanku. Saat itu saya sedang asik membuka file-file wayang kulit yang kubawa dari Bantul. Kebetulan juga kaos yang kupakai adalah saat relawan PMI memakainya di tugas kemanusiaan tsunami Aceh. Tamu yang setelah ditelusuri bernama Iis Iskandar, bertanya padaku "PMI mana mas?". Langsung aja ku jawab, "Banjar".
Padahal dalam hati ku saat itu mau jawab Banjarnegara, tapi ya memang ku besar di PMI Banjarnegara, Namun saat ini lebih banyak aktivitas di Lakbok (Sebuah Kecamatan Baru di Kota Banjar). PMI Banjar yang letaknya dekat RSU Banjar, juga tempat saya terkadang singgah walau sekedar untuk donor darah. Akhirnya obrolan pun nyambung hingga ke masalah kegiatan di Selorejo. Foto selama kegiatan berlangsung, saya tunjukkan kepada saudara Iskandar tersebut. Beliaupun sempat menyesali kenapa saat TKN V di Malang dirinya tak ikutan hadir. Udah sekian aja. Wassalam.
Sedia Blankon, Keris dan Gamelan. Untuk Gamelan terbuat dari perunggu Asli. Harga 600juta full set dengan wayang. Kontak 085871265667. Tanpa Perantara.