-->

ads

Showing posts with label gempa. Show all posts
Showing posts with label gempa. Show all posts

Gempa bumi di wilayah D.I Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 5,9SR 27 Mei 2006 adalah peristiwa terbesar kedua setelah Tsunami Aceh 24 Desember 2004. Bagi relawan PMI yang pernah ikut serta dalam penanganan di Aceh, peristiwa di Jogja khususnya di Markas Cabang PMI Bantul punya kesan tersendiri. Selain dianggap lebih rapi sisi manajerialnya, para relawan khususnya Tenaga Suka Rela (TSR) PMI yang bertugas di sana lebih dari sekali mengenal saya sebagai komandan lapangan yang galak, tukang ngopi dan ngorok serta sejumlah tukang lainnya. Karena itu, mereka menggagas sebuah reuni kecil bagi para mantan relawan yang aktif di media sosial (Voltage=Volunteer of the New Age) di Bantul pada 25-26 Mei 2013. Tulisan berseri ini sekadar kenangan tanpa pretensi apapun. Semoga manfaat.

*****

Menjadi relawan kemanusiaan di berbagai bencana alam maupun kemanusiaan adalah panggilan jiwa. Bukan karena surat tugas atau beragam formalitas lainnya. Norma, etika dan kapasitas pribadi menguatkan dorongan naluriah itu. Sikap ini acapkali menimbulkan salah paham dengan orang-orang kantoran yang biasanya hanya tahu hal-hal formal dan menunggu instruksi. Karena itu, pengalaman di masa lalu, para relawan “non formal” yang sering disebut sebagai Tenaga Suka Rela (TSR) dan berasal dari kalangan profesional di PMI sering mengalami perlakuan diskriminatif dari staf maupun pengurus PMI yang kebanyakan diisi oleh para pejabat lokal.  Sehingga, para relawan profesional yang menyumbangkan tenaga, pikiran, kemampuan pribadi dan akses sering merasa terasing di rumah sendiri.

Gempa DIY dan Jateng pada 27 Mei 2006 adalah sebuah momentum penting dalam proses perjalanan kerelawanan TSR. Ketika semua tengah bersiaga mengantisipasi erupsi Gunung Merapi, gempa yang berkekuatan 5,9SR itu mengagetkan semua orang. Pada saat kejadian, saya baru “turun gunung” sekitar 20 jam dari lokasi TPA  (Tempat Pengungsian Aman) Erupsi Gunung Merapi Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang. Dari kontak telepon selular, saya mendapat kepastian bahwa letusan itu bukan dari Gunung Merapi. Sambil memantau perkembangan di televisi, saya coba melakukan kontak telepon PSTN ke Markas Cabang PMI Bantul setelah mendapat informasi bahwa kejadian itu berasal dari gempa di pesisir Jogja. Petrus yang menerima kontak, meminta bantuan obat, ambulan dan relawan segera. Saat itu jam 06.30-an dan tak ada kontak lagi karena semua jaringan telepon maupun radio komunikasi 2 m-an yang frekuensinya dipinjami secara gratis oleh Lanal (Landasan Angkatan Laut) Jogja lewat Pak Suryadi juga terputus.  Sebagai rasa solidaritas dan tanggungjawab kemanusiaan, saya laporkan isi kontak terakhir itu ke Markas Cabang PMI Kebumen.

Menunggu jawaban dari laporan ke institusi PMI perlu waktu tidak sedikit. Sayapun mengambil inisiatif menghubungi beberapa teman yang punya informasi seperti permintaan Petrus. Sekitar jam 9 pagi, kami berhasil mengumpulkan sejumlah obat dan dua sepeda motor trail beserta pengemudinya. Keduanya tak punya bekal penanganan darurat dan pertolongan pertama. Tapi mereka sanggup melaksanakan tugas. Setelah berdiskusi sebentar dengan beberapa TSR Kebumen yang cukup paham jalur-jalur tikus ke arah Bantul, mereka berdua kami berangkatkan dengan satu pesan. “Apapun yang terjadi di jalan, prioritaskan ke Markas Cabang PMI Bantul dan temui Petrus atau orang-orang yang ada di dalam daftar" yang kami sertakan.

Rombongan relawan PMI Cab Kebumen berjumlah 8 orang, diberangkatkan dengan satu mobil ambulans yang membawa peralatan dapur umum dan pertolongan pertama (first aid kit) dilepas oleh Ketua Bidang Humas yang juga seorang wartawan koran Suara Merdeka, Sdr, K. Wardopo (sekarang Ketua PMI Kab. Kebumen) dengan upacara sangat sederhana jam 13.00 WIB. Perjalanan sampai ke perbatasan Kab. Purworejo relatif lancar. Setelah itu tersendat sampai ke Macab PMI Bantul sekitar jam 17.00 WIB dan melaporkan kedatangan. Di sana sudah ada Pak Bambang Puspo yang menjabat Sekretaris PMI Kab. Bantul dan telah saling mengenal dengan kami. Setelah berdiskusi kecil, kami dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok berjumlah 6 orang menyiapkan tenda-tenda pengungsian. Saya dan M. Kamal (sekarang Kepala Markas PMI Cabang Bantul) membantu kesekretariatan.

Tugas pertama adalah memberi penjelasan kepada seseorang yang mengaku sebagai wakil sebuah parpol di Kab. Bantul. Dia merasa sebagai wakil rakyat “berhak” mendapat prioritas. Saya paham tugas ini sulit dilakukan oleh teman-teman dari Bantul. Akhirnya, setelah saya jelaskan posisi PMI dalam situasi darurat mengutamakan korban hidup dan tidak ada kaitan dengan kepentingan politik maupun pemerintah, maka pilihan terakhir adalah mengusir ! Dengan nada keras dan tegas saya katakan. “ Jika anda memaksa, mohon maaf..anda harus keluar dari ruangan ini dengan atau tanpa paksaan. Kami diperbolehkan melakukannya…dan lihat yang ada di lapangan belakang san (sambil menunjuk arah RS Darurat di Lapangan Dwi Windu) ..!!! Mereka yang harus segera kami bantu, bukan anda…!”.  Setelah orang itu keluar dengan cara paksa, Sekretariat saya minta ditutup sementara untuk menyiapkan ruang dan alat.

Ada peristiwa yang tak mungkin dapat saya lupakan di hari pertama kejadian. Ketika dititipi sejumlah tenda dan peralatan yang masih tebungkus rapi dalam kotak kayu dan plastik bertuliskan Japan Red Cross, datang dua orang yang mengenakan atribut Japan Red Cross  meminta saya untuk menyerahkan barang-barang tadi. Saya ngotot minta surat tugas mereka. Merekapun tak kalah “garang”. Akhirnya saya bilang, “Silakan anda bawa dokter Indonesia yang anda kenal ke sini. Saya tunggu !!!”, mereka berlalu sambil menggerutu dalam bahasa Jepang. Selang seperempat jam kemudian, mereka mengajak doker Agus Zuliyanto dari PMI Banyumas yang oleh teman-teman dijuluki dogil (doker gila, karena kelakukannya memang gila-gilaan ). Setelah doker Agus meminta, saya melepas barang tersebut dengan permintaan maaf. Mereka paham dan kami saling berpelukan. Dalam hati saya bilang. “ rasain …  enak amat  ngaku-ngaku milikmu dan menganggap semua orang Indonesia gampangan..? Enak aja……..buktikan dunk!”, sambil menahan tawa, saya berlalu.



Ki-ka: dr. Agus-dr. Seno-dr. (?) Kepala RS Darurat PMI dan stafnya

Hari mulai gelap. Satu-satunya genset yang ada dan bisa dipakai telah dibawa ke Rumah Sakit Darurat di Lapangan Dwi Windu belakang markas. Di sana ada dua orang tenaga medis yang tengah menangani luka serius pasien korban gempa. Kaki kanan dan lengan kirinya remuk. Entah yang ke berapa, pasien itu meraung kesakitan. Saya tanyakan kepada perawat yang mendampingi. Katanya tim medis kehabisan bius dan pasien yang harus ditangani tambah terus. Ini pasien ke 30 yang ditangani satu dokter dan asistennya dari Jogja. Mereka berdua berasal dari sebuah klinik swasta yang bangunannya hancur akibat gempa. Semua pasien dan tenaga medis diungsikan di RS Darurat PMI ini. Kelelahan nampak sekali di wajah kedua tenaga medis itu. Terutama sang dokter yang usianya sekitar 40an tahun. Ia adalah dokter pertama yang memprakarsai pendirian RS Darurat yang mulai beroperasi sejak siang hari dengan tempat seadanya. Ruang operasi adalah sebuah tenda seng (tarub/terop) yang semula akan dipakai untuk tribun kehormatan turnamen sepak bola se Kab. Bantul pada esok hari, 28 Mei 2006. Meja operasinya adalah deretan meja belajar yang dipinjam dari sebuah SD di Selatan lapangan bola itu. Hanya dilandasi karpet dan ruang itu juga dibatasi dengan karpet yang berbeda ketebalannya. Sumber Berita dan Penulis Toto Karyanto.

December 12, 2018


Gempa yang terjadi pagi tadi yakni jam 03.08.31 WIB dengan lokasi 109 km Barat Daya Garut – Jawa Barat dirasakan sangat kuat hingga Kabupaten Cilacap dengan kekuatan 5.6 Skala Richter (SR). Getaran tersebut telah membangunkan saya hingga akhirnya saya putuskan beranjak ke luar rumah untuk melihat kondisi di sekitarnya.

Tidak ada kepanikan berarti karena masyarakat Karangpaningal tertidur pulas. Kebetulan saya berada tidak jauh dari klinik maupun pusat keramaian sehingga bisa mengetahui tingkat kepanikan warga. Namun gerakan tanah tersebut tidak sampai membuat warga terlalu panik dan mereka sudah merasa tenang untuk kembali ke dalam rumah.

Sementara itu, berdasarkan pantauan melalui media sosial twitter melalui akun @infoBMKG yang menginformasikan lokasi gempa hingga saat ini belum menginformasikan akan adanya kerusakan. Hal tersebut tentu menunggu respon dari warga maupun netizen lainnya untuk berbagi informasi mengenai gempa yang terjadi di kala khusyunya shalat sunah Tahajud. Saya berharap semoga tidak ada kerusakan berarti di Garut maupun daerah sekitarnya.


Baca juga:
Kerenggangan Jembatan Ciseel Sudah Mengkhawatirkan 
Memanfaatkan Urine Manusia Untuk Pupuk Cair Organik 
Teknik Pembuatan Wajan Bolic Untuk Penguatan Sinyal Modem/Wifi


Anda membutuhkan pengobatan untuk HIV/AIDS atau penyakit berat lainnya seperti jantung, ginjal, liver dan kencing batu. Kami menyediakan Propolis dan Biyang untuk upaya anda mencari kesembuhan. 7 Paket masing-masing berisi 7 botol. Harga total Rp 3.900.000,- plus ongkos kirim. Pemesanan kontak 085871265667 atau via twitter http://www.twitter.com/bangmisno
September 04, 2015

Pagi yang masih gelap serta diselimuti kabut cukup tebal membuat diri ini terbuai dalam hangatnya selimut. Namun, getaran gempa yang tiba-tiba datang membuat kami kaget hingga berlarian ke luar rumah. Sepeda motor yang masih di dalam pun kami keluarkan guna menghindari kerusakan akibat gempa tersebut. 

Selang beberapa menit usai getaran gempa tadi, kami prediksikan bahwa situasi telah aman kembali. Langsung saja hp dinyalakan untuk mengakses internet guna mencari titik gempa yang dirasa cukup kuat tersebut. Ternyata lokasinya sekitar 111 km Tenggara Kabupaten Ciamis dengan kedalaman 10 km dengan koordinat 8.49 LS – 108.96 BT dan tidak berpotensii terjadinya tsunami.

Walaupun tidak menimbulkan tsunami, dapat dipastikan membuat kepanikan para wisatawan yang sedang berlibur di Pantai Pangandaran. Semoga gempa yang terjadi pada pukul 04.44.39 WIB tersebut dengan bertepatan waktu subuh bisa menjadi pengingat kita bahwa Kuasa Allah itu Maha Dahsyat. 


Anda membutuhkan pengobatan untuk HIV/AIDS atau penyakit berat lainnya seperti jantung, ginjal, liver dan kencing batu. Kami menyediakan Propolis dan Biyang untuk upaya anda mencari kesembuhan. 7 Paket masing-masing berisi 7 botol. Harga total Rp 3.900.000,- plus ongkos kirim. Pemesanan kontak 085871265667 atau via twitter http://www.twitter.com/bangmisno


July 24, 2015
Gempa dengan skala 6.2 SR di Propinsi Nanggroe Atjeh Darussalam tepatnya selasa (2/7), telah menelan puluhan korban jiwa dan ratusan warga mengalami luka-luka. Dampak lain dari kejadian bencana tersebut, banyak rumah warga yang hancur hingga tak bisa lagi ditempati.

Kini warga yang menjadi korban gempa baik di Kabupaten Bener Meriah atau Aceh Tengah, terpaksa harus mengungsi dengan jumlah kapasitas mencapai 15.000 orang lebih. Hingga kini sejak 5 hari pasca kejadian gempa, masih banyak korban gempa tertimbun tanah dan dalam pencarian. 
Berbagai organisasi kemanusiaan seperti PMI, dibantu TNI, POLRI, NGO, partai politik seperti Muhammadiyah, PKS dan beberapa organisasi lain masih terus berupaya melakukan pencarian korban hingga masa tanggap darurat selesai. 
Korban yang mayoritas adalah anak-anak dan wanita, rentan mengalami depresi. Untuk itu, diperlukan team yang menangani trauma pasca bencana. PMI melalui team yang bergerak di bidang penanganan trauma, siap diterjunkan ke lokasi bencana. 
Sementara itu, korban gempa yang mengalami luka-luka baik berat atau ringan sudah mendapatkan perawatan intensif dari Medical Action Team (MAT) Rumah Sakit PMI Bogor, dalam tindakannya telah berhasil melakukan operasi pasien korban gempa. Kini para korban sudah bisa bernafas lega, karena tidak perlu mengeluarkan biaya alias murni gratis. 
MAT ini juga terus berkelana dan sebagian standby di lokasi rumah sakit, puskesmas atau di posko sendiri guna membantu warga korban gempa untuk mendapatkan perawatan. Tentunya perkembangan mereka akan dipantau oleh para relawan medis ini, agar pasien korban gempa merasa tenang, aman dan nyaman.


Sedia Keris, Blangkon, Propolis pemesanan kontak 085871265667


July 06, 2013

Gempa yang terjadi di Aceh pada Selasa (2/7) telah menimbulkan dampak yang begitu besar, hingga menelan korban jiwa mencapai sekitar 40 orang lebih. Pasca bencana tersebut, banyak warga yang kehilangan rumah.

Bencana gempa tektonik tersebut terjadi lantaran ada pergeseran lempeng di wilayah Sumatera, dampak yang ditimbulkan pun sangat besar. Tanah di daerah tersebut yakni Kabupaten Bener Meriah, amblas hingga kedalaman 50 meter lebih.

Sebuah desa yang terletak di Kabupaten tersebut, hilang lantaran tertelan longsoran material tersebut. Tentunya dengan lubang raksasa alias ambruknya tanah, banyak warga di Desa itu hilang dan tertimbun guguran tanah.

Kini banyak relawan #GempaAceh dengan peralatan yang mereka miliki, berbahu-bahu mencari korban yang tertimbun tanah tersebut. Dengan dukungan doa dari kawan-kawan semua terkait upaya evakuasi ini, semoga bisa berjalan baik dan cepat terlaksana. 


Mengenai kebutuhan dasar korban #GempaAceh tersebut, diantaranya Selimut, Hunian Sementara, Makanan cepat saji dan Pakaian.

July 05, 2013
Kondisi di Puskesmas Lampahan, Bener Meriah, NAD

Gempa berkekuatan 6.2 SR melanda Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Selasa (2/7).

Lokasi gempa yang dekat dengan gunung berapi aktif, masih menjadi perkiraan apakah ini disebabkan oleh pergerakan magma di dalam tanah atau sebab lain.

Akibat dari kejadian ini, puluhan rumah rusak dan tiang listrik banyak yang tumbang. Selain itu, terdapat pula korban jiwa di lokasi gempa.

Gempa terjadi pukul 14:37:03 WIB dengan Kedalaman 10 km, 35 km BaratDaya dari pusat kota Kabupaten Bener Meriah, NAD.

Semoga warga dan relawan PMI dibantu unsur TNI/POLRI dapat mengendalikan situasi hingga pertolongan bisa cepat dilakukan. Terkait kondisi terakhir, 2 orang dinyatakan meninggal dunia 1 orang dewasa dan 1 balita. (BM)
July 02, 2013
Gempa yang terjadi pada 13 Juni 2013 malam sekitar pukul 23.47 WIB yang mengguncang barat daya Kabupaten Tasikmalaya dengan kekuatan 6.5 SR telah membuat panik warga di berbagai daerah terutama pesisir selatan hingga ke Kabupaten Kediri.

Hal ini tentu saja membuat panik warga Bantul DIY yang dahulu pernah diterjang gempa hebat pada 27 Mei 2006 silam, dan kini kembali mengalami gempa yang cukup lama getarannya walaupun letak pusat gempa sangat jauh.

Bahkan gempa yang terjadi pada malam jumat tersebut juga membuat panik warga Kediri hingga mereka harus berlarian keluar rumah guna menyelamatkan diri.

Kemarin pagi saya merapat ke PMI Banjar guna menggali informasi apakah dari pihak PMI Tasikmalaya sudah mendapat laporan mengenai korban jiwa atau pun kerusakan hunian akibat gempa tersebut.

Ternyata kondisi di wilayah Tasikmalaya dan beberapa daerah lain di Jawa Barat masih dalam keadaan normal dan terkendali. Namun demikian getaran gempa yang cukup kuat membuat panik warga yang bermukim di daerah tersebut terutama pesisir yaitu Cipatujah dan Cikalong.

PMI Banjar yang letaknya dekat dengan rumah saya pun menjadi tempat untuk berbagi informasi terkait kegiatan kepalang merahan termasuk info bencana. Saya yang menemui pak Endang JH kemarin pagi, selain bermaksud menyampaikan amanat pak Bambang Puspo terkait data titipan untuk PMI Banjar juga membicarakan masalah gempa.

Semoga sampai hari ini tak ada laporan terkait korban jiwa atau pun kerusakan bangunan, dan warga pun bisa kembali ke rumah masing-masing dengan aman walau masih sedikit kecemasan bila terjadi gempa susulan.
June 14, 2013