-->

ads

Showing posts with label Shelter. Show all posts
Showing posts with label Shelter. Show all posts
Seleksi dalam rangka pemilihan relawan guna menjalankan program Early Recovery memang cukup meriah, karena dalam prosesnya menimbulkan keakraban terhadap satu sama lain. Saya yang cenderung pendiam mendadak ceria dan penuh kehangatan terhadap relawan lainnya. Biasanya sih saya ini suka diam saja di depan layar komputer ya sekedar input data mayat sewaktu korban tanah longsor di Sijeruk Banjarmangu.

Apa yang ada dalam benak saya mengenai Kabupaten Bantul ini tentu saja karena belum pernah berkunjung sehingga pemikiran aku ini bahwa Kabupaten Bantul terletak di Ujung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Setelah saya amati memang demikian sih namun juga ada yang lebih ke selatan lagi yakni Kabupaten Gunung Kidul. Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Berlanjut perjalanan waktu dan seiring kaki melangkah, informasi mengenai relawan yang lolos seleksi pun diumumkan pada sebuah kertas tercetak printer di tenda sekretariat PMI Bantul. Nama saya yang dalam formulir pendaftaran begitu juga nama terlahir di KTP yakni MISNO, menjadi salah seorang relawan yang bisa mengikuti program Early Recovery ini dengan penuh tekad.

Jadwal mengenai pelatihan untuk pemantapan di lapangan akan dilaksanakan di Balai pelatihan Mlati Sleman. Untuk detail alamatnya saya sudah lupa, namun ya masih ingat lah kalau berkunjung di sana. Sesampainya di lokasi pelatihan itu saya beserta kawan relawan baik dari Banjarnegara sendiri, Kebumen, Malang Kota dan khususnya Relawan PMI Bantul, berjumpa dengan kawan relawan dari PMI Klaten.

Pelatihan diisi oleh delegasi Inggris bernama Bill Marsden. Beliau sangat ramah dan dalam penyampaian materi pun penuh dengan canda tawa namun tetap mengena tentang ilmunya. Kami diberi wawasan mengenai apa yang harus pertama dilakukan saat berada di lokasi program. Langkah awal kami harus bersosialisasi tentang program ini kepada Pemerintah Kabupaten Bantul dan Kabupaten Klaten yang didampingi langsung oleh Mr. Bill.

Istilahnya minta ijin bahwa IFRC akan mengadakan program Early Recovery yakni membantu masyarakat korban gempa bumi untuk mendapatkan hunian layak sebelum terjadinya musim penghujan tiba. Kami menceritakan mengenai apa saja yang akan dilakukan mulai dari penjelasan tentang mitigasi bencana, hingga rencana sketsa proyek hunian yang akan dibangun.

Akhirnya kami mendapat angin segar untuk melaksanakan program ini. PMI Cabang baik Klaten maupun Bantul sepakat untuk memberikan ijin bagi relawan ER ini guna melaksanakan program hunian sementara di wilayah mereka. Selanjutnya kami para relawan dan juga didampingi oleh delegasi IFRC yakni Bill Marsden dan Mas Godril bersosialisasi tentang rencana kami membangun hunian sementara dengan pilot project di Kecamatan Gantiwarno Klaten dan Kecamatan Dlingo Bantul.
March 21, 2013
Nampaknya jiwa dan tenaga yang lelah ini telah membuat tubuh ini serasa nyenyak pulas banget tidurnya. Perjalanan yang dengan ukuran normal cuma tiga jam, harus kami tempuh selama lima sampai enam jam. Molornya waktu perjalanan dapat kami semua maklumi lantaran kondisi badan emang sudah pada sayah (capek-red). Siang hari saat itu saya bertemu kawan-kawan relawan dengan wajah lama, ngopi bersama dan entah warung apa yang ada di depan markas PMI Bantul kalau sore hari, hemmm kalo tak salah pecel lele.

Siang hari yang cukup sejuk masih di bawah naungan pohon yang rindang samping kanan kiri PMI Bantul, saya berkeliling sembari melihat gudang obat yang terletak di belakang BRI Cabang Bantul. Oh iya waktu perjalanan malam itu langsung menuju ke gudang obat dink dan tidur di sana. Saat siangnya saya bertemu dengan relawan yang juga seorang perawat bernama Ika Hari Astuti. Dia merupakan sahabat karib dari Ika Diah Almarhumah. Hemm kembali saya ingin menghadiahkan surat Al Fatihah buat dirinya yang sudah lebih dulu pulang ke alam kubur, semoga tenang di sana.

Bila diingat lebih detail, perjalanan malam menggunakan sepeda motor dari Banjarnegara menuju Bantul ini ternyata saat malam minggu. Ketika malam seninnya saya juga masih mengingat kalau waktu itu tidur di emperan bangunan ruko depan Markas PMI Bantul. Saya memang orangnya kurang bergaul jadi ketika sedang berkunjung dengan orang baru, kurang luwes dan bisa dikatakan kurang PD gitu. Ya daripada nginep di tenda relawan lain saat malam seninnya, saya terpaksa bergadang di depan ruko sampingnya ada mushola cukup besar ber cat hijau waktu itu.

Malam senin yang dipenuhi dengan nyamuk menemani waktu tidur saya dan hampir di katakan nggak bisa tidur karena banyaknya nyamuk yang berebut ingin meminum darah saya. Resiko orang manis deh walau sekarang masih jomblo tapi nyamuk masih pada doyan ama darah saya. Ups jadi ingat kalau sekarang memang waktunya donor darah nih. Waktu terus bergulir dan tibalah saatnya malam selasa guna untuk seleksi relawan Early Recovery. Nah yang jadi tuan seleksi dari Federasi waktu itu adalah Mas Godril. Beliau yang nantinya mendampingi kami para relawan yang akan bertugas di lapangan.
March 20, 2013
Seperti kita ketahui bahwa Gerakan Palang Merah Internasional merupakan suatu gerakan yang menggunakan 7 (Tujuh) Prinsip Gerakan Palang Merah. Prinsip ini digunakan oleh perwakilan IFRC untuk menseleksi para calon relawan yang akan bertugas dalam program Early Recovery nanti. Para calon relawan program Early Recovery mendaftar terlebih dahulu dan kemudian mengikuti panggilan tes seleksi. Selanjutnya seluruh peserta yang terdaftar disuruh membuat kelompok dan berdiskusi satu sama lain.

Mereka diskusikan mengenai ketujuh prinsip dasar gerakan palang merah dan menjelaskan alasan masing-masing dari ketujuh prinsip tadi. Usai diskusi para peserta satu persatu berdiri ke depan forum dan memilih salah satu prinsip berikut uraian penjelasannya / alasannya. Saya sendiri memilih Kesamaan lantaran tidak adanya pembedaan dalam pemberian pertolongan kepada para korban bencana alam.

Mungkin ini juga merupakan derita membawa nikmat, mengapa saya berbicara demikian? Saat sebelum saya berangkat ke Markas PMI Bantul untuk mengikuti tes seleksi relawan Early Recovery, tepatnya dua hari sebelum jadwal seleksi, saya mengendarai sepeda motor dari arah desa Sijeruk Banjarmangu Banjarnegara. Di mana Sijeruk merupakan desa yang sedang terkena musibah tanah longsor, dan kami para relawan PMI Banjarnegara saat itu sedang diminta bantuin dari pihak Kesra untuk membagikan bantuan sembako dan keperluan lainnya.

Perjalanan turun dari Sijeruk menuju Banjarnegara tadi, saya sempat ngantuk dan motor terperosok ke selokan. Step motor bagian depan bengkok dan terpaksa saya harus ke bengkel untuk membenarkan sepeda motor itu yang notabene juga merupakan motor pinjaman dari kawan relawan. Rupanya kejadian yang saya alami ini menghambat jadwal keberangkatan kami ke Bantul. Rencana kami berempat dari Banjarnegara yang akan tes seleksi relawan Early Recovery.

Usai maghrib tepatnya kami meluncur dari Kota Dawet Ayu menuju Bantul Jogja dengan rute Wonosobo-Temanggung. Tepatnya di Parakan kami berempat berhenti sejenak untuk menghangatkan badan dengan membeli jaesu di angkringan yang berada di sana. Perjalanan yang lamban serta rasa ngantuk rupanya menjadi pemicu mengapa kami begitu pelan dalam mengendarai sepeda motor.

Pelan tapi pasti, alon asal kelakon rupanya juga menjadi prinsip waktu itu bahwa nda perlu ngebut yang penting bisa sampai tepat waktu. Perjalanan dari Parakan ini pun berlanjut dan terus menyusuri jalan melewati Secang, Tidar Magelang, Muntilan, Sleman dan Akhirnya tembus wilayah Ringroad. Entah lupa atau bagaimana saat sekitar Bantul, saya dan kawan-kawan tersesat cukup jauh yakni salah melewati rute yang seharusnya mengambil arah jalan Paris malah menggunakan jalan Imogiri.

Muter-muterlah kami di sekitar Polres dan Alun-alun Bantul hingga akhirnya berhasil juga menemukan markas PMI Cabang Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kami sampai dengan selamat dan saat itu langsung istirahat tidur di tenda salah seorang kawan relawan. Bermodalkan jaket dan selimut yang ada di tenda tersebut saya tertidur dengan pulasnya dan sampai saat tulisan ini diketik saya masih dalam keadaan sehat. :-).Ini Flashback Kisah Seorang Relawan Early Recovery (Saya Sendiri)
March 20, 2013
Masih teringat dalam benak ini kala 2006 yang lalu saya beserta kawan-kawan relawan dari organisasi Palang Merah Indonesia melakukan tanggap darurat yang dilanjutkan dengan bantuan program rumah hunian sementara. Sebuah bangunan berukuran 4x6 meter ini merupakan program darurat yang diperuntukkan bagi korban dengan kondisi sangat rentan, cukup rentan dan rentan. Kerentanan ini pun dipengaruhi beberapa faktor yakni kondisi kesehatan, usia serta keadaan ekonomi sebelum terjadinya bencana.

Relawan yang tergabung dalam program Hunian Sementara atau biasa kami mengenalnya sebagai Temporary Shelter Program, melaksanakan kegiatan ini dengan membangun rumah atau lebih tepatnya hunian yang bersifat sementara karena berukuran mini yakni 4 x 6 dengan target sebelum musim hujan turun. Kebijakan ini diprakarsai oleh Federasi Palang Merah Internasional (IFRC) yang mengharuskan warga masyarakat dengan kondisi rentan memiliki hunian layak sebelum terjadinya musim hujan tiba.

Mengenai pendanaan yang digunakan dalam penanganan Temporary Shelter ini, menggunakan dana dari donatur yakni Jepang, Inggris, Bangladesh, Spanyol dan lainnya. Mereka dalam penggunaan anggaran ini pun harus disiplin, yakni setiap inci pengeluaran dalam program harus ada bukti konkrit berupa kwitansi dalam penggunaan anggaran di masyarakat. Untuk urusan pencairan dana, masyarakat di lingkungan RT membuat semacam kelompok kerja yang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara.

Kelompok ini dibentuk berdasarkan kesepakatan warga di lingkungan RT mereka tinggal. Mengenai siapa saja yang berhak diberikan bantuan, kami para relawan menyeleksinya dengan berbagai kriteria agar tidak ada kecemburuan sosial. Warga melalui tim pelaksana program boleh saja mengusulkan semau mereka, akan tetapi kami juga harus menseleksi agar dana ini tepat sasaran.

Kami prioritaskan pembangunan shelter ini untuk warga rentan, yakni dengan kondisi ada lansia, balita serta ibu hamil maupun terdapat orang sakit di dalamnya. Tujuan awal sudah jelas tentu saja membantu para korban gempa Jateng - DIY untuk memiliki hunian sementara yang layak huni sebelum musim hujan tiba.

Setelah kami melakukan seleksi lapangan, dan mengenai siapa saja yang berhak mendapatkan bantuan program ini akan diberitahukan secara langsung kepada tim pelaksana. Bantuan ini didasarkan pada kondisi rentan tadi tentu saja melihat juga faktor ekonomi dari keluarga yang akan dibantu. Selanjutnya mereka tim pelaksana mengajukan proposal mengenai berapa unit rumah yang akan dibangun dan apa saja kebutuhannya.

Untuk pembangunan dan sketsa gambar sudah kami sediakan berikut rincian bahan bakunya, masyarakat hanya perlu menambahkan bahan keperluan yang dibutuhkan guna kelancaran pembangunan. Soal budget yang disediakan untuk setiap rumah hunian ini adalah 2 juta, apabila dalam pemakaian kurang mencukupi harus ditambahkan dengan swadaya baik itu pribadi maupun swadaya dari lingkungan tempat mereka tinggal. Ini kisah masa lalu yang sedikit mewarnai kehidupan saya dan membawa banyak manfaat serta kenangan. Akan saya tulis kembali pada postingan selanjutnya.
March 20, 2013